Untuk informasi seputar review film dan info perfilman, silakan kunjungi RajaSinema

Posisi Blogger dalam Digital Public Relations

Digital Public Relations bisa diartikan sebagai proses membangun kesepahaman antara perusahaan dengan publik melalui media digital.

Di masa kini, tren blogging bukan lagi sebatas tempat curhat semacam pengganti buku diari. Seorang blogger bisa juga melakukan monetisasi dari blog yang dikelolanya. Entah itu melalui iklan yang ditampilkan Google AdSense ataupun kerjasama dengan pihak ketiga.

Jika blog sudah kecipratan rupiah, suka tidak suka, blogger sudah memasuki ranah profesional. Oleh karenanya blog yang dimiliki harus dikelola secara profesional juga, baik dari sisi konten ataupun teknis.

Saya sempat diskusi bareng beberapa blogger soal ini. 

Ada seorang blogger yang mengeluhkan betapa sulitnya meyakinkan pihak korporasi untuk kerjasama dengan blogger. Padahal yang bersangkutan sudah membuat proposal sebaik mungkin tentang manfaat kerjasama dengan blogger bagi perusahaan.

Saat itu, saya hanya bisa terdiam saja, tidak bisa memberikan respons aktif. Karena saya termasuk blogger yang memang menunggu bola. Sejauh ini hampir tidak pernah saya menawarkan diri, pitching ke perusahaan agar bisa bekerja sama.

Namun, setelah membaca buku "Digital Public Relations" karya Dudi Rustandi, sedikitnya saya bisa menanggapi keluhan blogger tersebut.

Dua tanggapan penting yang saya highlight adalah: bisa jadi perusahaan memang belum sepenuhnya paham akan posisi blogger dalam ruang lingkup alur kerjanya. 

Atau malah sebaliknya, bisa jadi kita sebagai blogger yang belum paham sepenuhnya, posisi kita di mana, dan apa fungsi keberadaan kita.

Membaca "Digital Public Relations"

Saya mengenal Dudi Rustandi di komunitas Blogger Bandung dengan nama pena "Abah Raka". Sempat berbagi pengalaman secara lebih intim, tapi baru kali ini saya menyelami pemikirannya secara menyeluruh lewat buku yang ditulisnya.

Bertajuk "Digital Public Relations" yang diterbitkan oleh Simbiosa Rekatama Media pada April 2024, buku ini mengupas tuntas soal public relations antara perusahaan dengan masyarakat.

Bagi perusahaan, public relations (PR) bisa didefinisikan sebagai fungsi manajemen untuk mengevaluasi sikap publik juga menjadi tanggung jawab manajemen dalam hal melayani kepentingan publik.

PR sangat berhubungan erat dengan reputasi. Dalam keilmuan manajemen risiko, risiko reputasi merupakan salah satu risiko yang penting untuk dikelola perusahaan. Karena kegagalan dalam mengelola reputasi, bisa berakibat buruk pada citra perusahaan.

Tentu kita masih ingat pada kasus sebuah brand berisinial E yang viral di media sosial Twitter gegara mengomentari ulasan video yang dibuat oleh pengguna.

Alkisah, seorang pengguna membuat video ulasan produk E yang dimilikinya dengan jujur dan fasilitas seadanya.

Alih-alih direspons dengan memberikan apresiasi kepada pembuat ulasan, E malah mengomentari soal teknis pembuatan video tersebut yang dirasa kurang proper untuk sebuah ulasan produk.

Apa akibatnya? Brand E justru malah mendapat sentimen negatif dari masyarakat karena dinilai berlebihan. Apalagi pengguna yang membuat video ulasan, murni mengulas produk secara cuma-cuma alias gratis, tanpa adanya ikatan kerjasama endorsement dengan pihak E.

Konsep dasar Digital Public Relations

Kasus E adalah contoh public relations yang dilakukan di ruang digital, atau yang buku ini sebut dengan Digital Public Relations.

Secara umum, konsep Digital Public Relations (PR digital) merujuk pada PR secara konvensional. Hanya saja mengalami perubahan media. 

Jadi intinya, PR digital membangun kesepahaman antara perusahaan dengan publik hanya melalui media digital.

Banyak cara dilakukan agar publik bisa terlibat dalam kegiatan perusahaan. Semisal mengundang publik ke kegiatan perusahaan dengan tujuan pihak yang diundang bisa memublikasikan kembali di media sosial yang mereka miliki.

Atau publik juga bisa dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi dengan media sosial yang dimiliki perusahaan.

Perubahan tren kegiatan dari konvensional ke digital, membuat ukuran PR digital juga memiliki keunikan tersendiri. Ada beberapa parameter kuatitatif yang bisa dinilai dari PR digital seperti traffic, reach, impression, conversation, conversion, dan engagement.

Posisi blogger dalam Digital Public Relations

Buku setebal 244 halaman ini, turut mengulas dinamika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, juga disertai dengan contoh kasus yang terjadi di Indonesia. Sehingga saya mudah sekali terkoneksi ketika membacanya.

Lebih terkoneksi lagi ketika membaca Bab 9 yang membahas tentang "Corporate Blogging".

Sederhananya, corporate blogging adalah sebuah catatan pengalaman individu ataupun kelompok tentang perusahaan. 

Semisal kita mengulas suatu produk/jasa sebuah perusahaan di blog personal yang kita miliki, kita sudah melakukan aktivitas corporate blogging.

Dari penjelasan yang ditulis oleh Dudi, ternyata secara tidak disadari saya sudah melakukan aktivitas corporate blogging. Dan pelaku yang melakukannya bisa disebut dengan corporate blogger.

Namun, corporate blogging tidak hanya dilakukan dengan kerjasama blogger saja, pihak perusahaan bisa saja membuat blog sendiri dan memiliki tim konten sendiri.

Kalau begitu, apakah posisi blogger terancam?

Secara teknis, bisa jadi iya. 

Semisal kita mencari kata kunci "10 film drama terbaik" di google search, terkadang yang muncul di halaman pertama bukanlah situs-situs yang terbiasa mengulas film. Bisa jadi malah blog korporasi yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan film, blog marketplace misalnya.

Hal tersebut di luar kendali kita sebagai blogger tentunya. Algoritma pencarian di google bukan hal yang bisa blogger atur. 

Sekalipun kita mempraktikkan SEO (Search Engine Optimization), SEM (Search Engine Marketing), dan teknis blog lainnya, kita butuh sumber daya yang minimal sama besarnya dengan blog korporasi jika ingin bersaing di mesin pencarian.

Maka untuk menyikapi hal tersebut, fokuslah pada apa yang bisa kita kendalikan. Salah satunya adalah konten. 

Prinsip "content is the king", bagi saya tetap berlaku. Karena konten yang kita buat bisa mewakili keunikan dan jati diri seorang blogger. Yang tidak menutup kemungkinan menjadi salah satu daya tarik perusahaan ketika memutuskan untuk kerjasama dengan blogger.

Kalau buku ini mengibaratkan blog sebagai senjata. Agar senjata tersebut berfungsi dan memiliki dampak, harus diberikan peluru. Dan peluru terbaik bagi senjata blog adalah konten.

Lewat konten yang berkualitas, yang salah satu cirinya adalah menjadi tempat terjadinya percakapan antara perusahaan dan publik, seorang blogger bisa melakukan perubahan yang signifikan.

Jadi jelaslah sudah, fungsi dan keberadaan blogger dalam PR digital adalah sebagai jembatan komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat.

Kesimpulan dan rekomendasi

Secara garis besar, buku "Digital Public Relations" ini banyak ditulis dari sudut pandang korporasi. Buku ini memberikan banyak pemahaman soal betapa pentingnya PR digital bagi perusahaan di era sekarang.

Sehingga buku ini sangat cocok dibaca oleh para praktisi PR terutama yang belum melek dunia digital, agar mampu menyeleraskan komunikasi perusahaan dengan kondisi masyarakat saat ini.

Namun, dengan kompleksitas dan kelengkapan pembahasannya, buku ini pun sangat direkomendasikan bagi para profesional yang ingin membangun relasi, reputasi, dan kepercayaan di ruang digital.

Termasuk para blogger yang ingin meyakinkan korporasi akan pentingnya melakukan kerjasama dengan blogger, buku ini bisa memberikan ide-ide baru dan segar. Agar proposal yang diajukan untuk pitching lebih punya daya tarik dan sejalan dengan keinginan perusahaan.



Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

2 comments

  1. Ngomong-ngomong soal corporate blogging, paling males tuh kalau udah baca artikel di web media besar yang 1 judl berita, tapi halamannya dipecah-pecah hahaha ya tapi itu kan emang strategi SEO mereka juga sih
    1. Belum tiap halaman juga isinya pendek-pendek. Banyakan iklannya.
Terima kasih sudah berkunjung ke RajaLubis. Tinggalkan jejak dengan mengisi kolom komentar yang ada. Kami tidak memoderasi kolom komentar, jadi silakan re-cek kembali sebelum berkomentar. Hindari komentar dengan memberikan link hidup, sapaan yang salah, dan atau kata-kata kasar.