Lebih dari 80% dari 150 perempuan SMA/SMK menjawab tertarik berkarir di bidang teknologi. Tapi uniknya, sebagian besar dari mereka nggak tahu bagaimana cara memulainya.
Agak berbanding terbalik dengan hasil survei di atas, saya kuliah di bidang informatika sama sekali tidak diawali dengan niatan ingin berkarir di bidang teknologi. Dengan kata lain memang melenceng dari cita-cita saya yang sedari kecil ingin menjadi aktor. Hehe.
Apalagi ketika masa - masa terakhir SMA, informasi tentang perkuliahan sebagian besar didapat dari kampus/universitas yang memang ‘roadshow’ ke sekolah. Saya jarang sekali mendapat tambahan wawasan dari pengalaman alumni yang sudah kuliah lebih dulu.
Alhasil, ya memang sulit sekali melakukan perbandingan antara satu jurusan dengan jurusan yang lain. Yang membuat saya bingung harus ambil jurusan apa ketika mau kuliah.
Sementara di masa kini, - di tengah arus informasi yang demikian derasnya - siswa SMA mungkin sudah punya bekal informasi yang cukup untuk mengambil keputusan.
Terbukti dari 150 siswa perempuan SMA/SMK, lebih dari 80%-nya memiliki ketertarikan berkarir di bidang teknologi. Artinya mereka sudah punya minat terhadap satu bidang tertentu.
Dan ketika ditanya lebih lanjut profesi apa yang diiinginkan, mereka pun bisa menyebutkan profesi yang sejalan dengan bidangnya. Dengan profesi 'programmer’ menjadi pilihan teratas.
Tapi uniknya, meski mereka sudah tahu profesi apa yang diinginkan, sebagian besar dari mereka belum paham step by step-nya untuk menuju impian karirnya tersebut.
Untuk itulah Girls’ Tech Day hadir
AWS dan PJI memberikan kenang-kenangan kepada narasumber/Raja Lubis |
Melihat kenyataan bahwasanya informasi yang didapat secara mandiri di internet belum cukup sebagai bekal mengambil keputusan, Amazon Web Services (AWS) InCommunities menghadirkan program Girls’ Tech Day (selanjutnya AWS Girls’ Tech Day).
Bekerjasama dengan Prestasi Junior Indonesia (PJI), AWS Girls’ Tech Day merupakan penyelenggaraan yang pertama kalinya di Indonesia sekaligus di Asia Tenggara.
Sebelumnya AWS Girls’ Tech Day sudah digelar di 12 negara sejak diinisiasi secara global dari tahun 2018. Program ini pun sudah memberikan dampak bagi lebih dari 7.000 anak perempuan dan perempuan muda yang berusia 8 – 24 tahun.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan pada Sabtu, 26 November 2022, Hidayah Utama Lubis selaku Community Engagement Manager Amazon Web Service (AWS) mengungkapkan kalau AWS Girls’ Tech Day merupakan program edukasi STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, & Mathematics) yang dikhususkan untuk perempuan.
Program edukasi STEAM ini dikhususkan bagi perempuan dengan harapan bisa menjadi alternatif akses dan kesempatan yang setara terhadap pendidikan STEAM. Selain itu, AWS Girls’ Tech Day juga merupakan wujud komitmen AWS untuk mendukung lahirnya generasi pemikir kreatif dan pemimpin perempuan masa depan di bidang teknologi di Indonesia.
Merespon kegiatan ini, Dr. Hj. Siti Sadiah Yuningsih, M.M.Pd., Analis Kebijakan Ahli Muda Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, mengaku senang dan berterima kasih kepada AWS dan PJI yang telah menghadirkan program yang inovatif ini.
Siti Sadiah pun berharap program AWS Girls’ Tech Day bisa diselenggarakan secara merata dan berkelanjutan di seluruh kota-kota di Jawa Barat. Menurutnya, kegiatan seperti ini penting bagi para siswa agar lebih mengenal lagi tentang teknologi yang mungkin tidak semua punya kesempatan untuk mengaksesnya.
Rangkaian kegiatan utama AWS Girls’ Tech Day
Untuk mendukung tujuan dan visi misi kegiatan AWS Girls’ Tech Day, AWS InCommunities merancang programnya dengan dua kegiatan utama yakni bincang santai dan praktik robotika.
Women in Tech Talk: Start Your Journey to Pursue the Career Opportunitues in Technology
Sesi bincang santai berlangsung interaktif dengan banyaknya pertanyaan dari peserta/Raja Lubis |
Kegiatan pertama AWS Girls’ Tech Day diisi dengan bincang santai yang menghadirkan para narasumber yang berkarir di bidang teknologi.
Mereka adalah Metha Trisnawati (Co-Founder & COO Sayurbox), Meigy Ulina (Product Manager Transfez), dan Yashinta Bahana (Head of Business Development T&C Indonesia AWS).
Fokus dari bincang santai ini adalah berbagi pengalaman sehingga para peserta bisa mendapat gambaran apa yang seharusnya dilakukan ketika ingin berkarir di bidang teknologi.
Menurut Yashinta Bahana, hal pertama yang perlu dilakukan adalah 'menyukai' terlebih dahulu. Agak mustahil, seseorang bisa menjadi sukses di suatu bidang jika tidak memiliki ketertarikan terhadap bidang tersebut.
Setelah itu barulah memilih jurusan yang memang sejalan dengan profesi yang diinginkan. Semisal jika ingin menjadi programmer maka bisa kuliah di jurusan bidang informatika.
Lebih lanjut Yashinta mengatakan kalau peluang karir di bidang teknologi sebetulnya luas, nggak hanya soal programmer atau membuat program saja.
Apa yang dikatakan Yashinta diamini oleh Meigy Ulina. Sebagai seorang product manager yang salah satu job desc-nya adalah merancang produk-produk yang akan diluncurkan untuk masyarakat, ada banyak profesi lain di dalamnya yang bisa juga ditekuni dan menjadi peluang karir.
Meigy mencontohkan dalam pekerjaannya, seorang product manager biasanya bekerja sama dengan bagian lain seperti software engineers, data scientists, dan product designers ketika merancang sebuah produk. Meski secara penamaan profesi dan alur kerja, bisa saja setiap perusahaan punya standar dan aturan tersendiri.
Hal penting lainnya yang ditekankan Meigy adalah persoalan perkembangan teknologi yang begitu cepat. Menurut Meigy, kita nggak bisa hanya mengandalkan ilmu perkuliahan ketika ingin berkarir di bidang teknologi.
Ditambahkan Metha Trisnawati, ada kalanya ilmu yang kita pelajari di perkuliahan malah telah usang ketika kita lulus kuliah dan mulai berkarir. Oleh karena itu, jika kita betul-betul serius ingin berkarir di dunia teknologi, ada banyak soft skill yang harus dikuasai sebagai penunjang.
Berdasarkan pengalaman masing-masing, ketiga narasumber sepakat, beberapa soft skill yang harus dikuasai adalah kemampuan beradaptasi (baik dengan perkembangan teknologi, ataupun cara kerja perusahaan), memiliki rasa penasaran yang tinggi, dan juga kemampuan komunikasi.
"Bukan karena saya perempuan, maka diberi kesempatan. Tapi karena saya punya kemampuan, maka diberi kesempatan"
– Yashinta Bahana
Pembelajaran praktik robotika dan coding
Setelah mendengarkan bincang santai inspiratif bersama narasumber berpengalaman di bidangnya, peserta AWS Girls’ Tech Day memasuki sesi kedua yakni praktik robotika dan coding.
Dalam sesi ini, 150 peserta dibagi menjadi 50 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 orang. Nantinya, 10 dari 50 kelompok yang terbentuk akan berlomba di babak showcase. Dan 3 kelompok yang berhasil menyelesaikan showcase paling cepat ditetapkan sebagai juara.
Bagaimana keseruan praktiknya?
Bekerjasama merakit robot Quarky yang akan digunakan untuk praktik/Raja Lubis |
Setiap kelompok diberikan perangkat robot Quarky sebagai alat peraga dan platform pengkodean (coding) Pictoblox. Sederhananya, Pictoblox ini semacam kode-kode program yang dibuat untuk menggerakkan robot sesuai instruksi yang diberikan.
Targetnya adalah bagaimana robot mampu memindahkan kotak-kotak yang berada di atas kertas kerja ke tempatnya masing-masing.
Honestly, sesi ini memang bikin saya nostalgia ke masa kuliah dulu. Gimana stressnya pas bikin program ketemu error. Apalagi nyari errornya lama banget. Tapi begitu ketemu dan bisa diperbaiki, langsung bahagia banget.
Itu juga yang saya lihat dari para peserta yang begitu antusias mengikuti praktik robotika dan coding. Ada yang sedikit-sedikit nanya ke kakak pemandu, ada juga yang langsung ngulik sendiri. Begitu berhasil menyelesaikan tugas, dan robotnya bisa berjalan sesuai intruksi, ekspresi bahagia terpancar dari wajah mereka.
Rasa bahagia yang sama juga ditunjukkan oleh Natalia Soebagjo selaku Dewan Nasional Prestasi Junior Indonesia. Ia berterima kasih kepada AWS karena telah menjadikan PJI sebagai partner dalam kegiatan AWS Girls' Tech Day.
Dalam kesempatan tersebut, Natalia terus memotivasi peserta agar tidak pernah lelah untuk menggapai cita-citanya, dan tidak perlu ada ketakutan lagi ketika ingin berkarir di bidang teknologi. Ia pun berharap, semoga kelak pemimpin - pemimpin dan tokoh-tokoh besar di bidang teknologi lahir dari peserta yang mengkuti AWS Girls' Tech Day.
Dengan hadirnya praktik robotika sebagai bagian dari program, bisa mendekatkan dan mengubah persepsi kalau teknologi itu bukanlah sesuatu yang ‘susah’ melainkan hal ringan nan menyenangkan.
Bersama blogger yang mengikuti AWS Girls' Tech Day |
Semoga seluruh rangkaian kegiatan AWS Girls' Tech Day bisa jadi pengalaman pertama yang berkesan bagi seluruh peserta. Serta mampu menghidupkan imajinasi mereka dengan teknologi, dan makin menumbuhkan kecintaan dan memantapkan pilihan untuk berkarir di bidang teknologi.