Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, membuat banyak perubahan di berbagai sektor. Termasuk di sektor usaha dan bisnis. Apalagi semenjak pandemi, banyak masyarakat pelaku UMKM yang akhirnya memindahkan usahanya ke ranah digital.
Sebagian dari mereka, mungkin terdesak keadaan. Tidak benar-benar dalam keadaan mengerti seperti apa lalu lintas di dalamnya. Serta bagaimana memanfaatkan teknologi untuk memaksimalkan usahanya.
Dengan perkembangannya yang begitu cepat, mempelajarinya menjadi hal yang mutlak.
Webinar "Goll..Aborasi Bisnis Online"
Sebagai bagian dari ekosistem UMKM, JNE melihat potensi perkembangan teknologi bisa berdampak luas bagi para pelaku UMKM. Oleh karena itu, JNE mengadakan webinar bagi para pelaku UMKM dalam program "Ngajak Online (2022)".
Program ini sebetulnya sudah berjalan sejak tahun 2017 dan direncanakan akan diselenggarakan di 60 kota di seluruh Indonesia.
Khusus pada tahun 2022, program Ngajak Online mengambil tema "Goll..Aborasi Bisnis Online" dengan tujuan memberikan edukasi mengenai strategi penjualan di era digital. Harapannya, setelah mengikuti webinar ini, para pelaku UMKM bisa memaksimalkan kanal-kanal digital untuk meningkatkan usahanya.
Saya berkesempatan hadir di webinar Ngajak Online yang diselenggarakan di kota Bandung pada Jumat, 30 September 2022. Bandung sendiri merupakan kota ke-45 dalam rangkaian Ngajak Online ini. Itu artinya masih ada 15 kota lagi yang akan didatangi oleh JNE. So, ikuti terus saja media sosial JNE ya.
Bersama blogger Bandung berfoto seusai webinar |
Dalam kesempatan tersebut, hadir tiga brand yang memang menjadi ikon kota Bandung. Mereka adalah Hijack Sandals, Cheris The Love, dan 3Second. Apakah kamu cukup familiar dengan brand-brand ini?
Baiklah! Mari kita kenalan dulu saja dengan mereka satu per satu.
Sebagai perwakilan dari Hijack Sandals, hadir Mr. Zaky yang menjabat sebagai Managing Director. Zaky bercerita awal mula ia memulai bisnis produk sandal ini.
Awalnya, ia tidak tertarik secara khusus untuk membuat sandal. Yang ia pikirkan dan cita-citakan adalah bagaimana ia ingin memiliki clothing/distro. Apalagi pada 2010-an, memang bisnis distro ini cukup menjamur di Bandung.
Namun ketika ia jalan-jalan ke Cibaduyut, ia melihat banyak sepatu. Lantas Zaky berpikir kenapa mereka tidak banyak yang produksi sandal. Padahal, menurut Zaky dengan iklim Indonesia yang tropis, kebutuhan akan sandal itu bisa jadi sangat besar.
Berawal dari sana, bersama satu orang rekannya, Zaky memulai bisnis Hijack Sandals dengan produk andalannya yang didesain seperti sandal gunung tapi bisa digunakan dalam berbagai aktivitas.
Dari Hijack Sandals kita belajar bagaimana pengamatan terhadap lingkungan sekitar bisa menjadi peluang bisnis.
Kejelian Zaky dalam melihat peluang, turut dirasakan juga oleh Annisaacaca selaku Creative Director Cherish The Love. Brand yang lahir di masa pandemi ini, memproduksi 1 set pakaian santai yang bisa dipakai beraktivitas di dalam rumah.
Menurut Annisa, ketika pandemi orang-orang banyak di rumah tapi nggak menghilangkan niat mereka untuk tetap tampil stylish. Dan akhirnya, produk set pakaian yang mereka buat dengan menonjolkan berbagai pilihan warna ini menjadi produk yang digemari.
Tapi karena situasi pandemi bisa dibilang sudah berakhir, Cherish The Love nggak mau ketinggalan untuk melakukan inovasi. Jika sebelumnya, mereka fokus pada produk-produk yang biasa dipakai orang di dalam rumah, kini mereka fokus sebaliknya.
Cherish The Love kini meluncurkan parfum sebagai produk terbarunya. Diakui Annisa, meski set pakaian rumah masih terbilang laris alias best seller, tapi ia ingin menyesuaikan produknya dengan kegiatan orang-orang masa kini yang sudah bisa kembali beraktivitas di luar rumah.
Dari Cherish The Love kita belajar bagaimana inovasi produk adalah salah satu contoh cara mempertahankan bisnis
Sementara itu Hendry Sase selaku Managing of Promotion 3Second, lebih banyak membahas bagaimana strategi pemasaran dari brand yang sudah melewati dua dekade ini.
Saya sendiri lebih familiar dengan 3Second dibanding dua brand lain yang sudah saya bahas sebelumnya. Ya, selain karena hadir lebih lama, juga produknya mudah sekali ditemukan karena outletnya tersebar di tempat-tempat umum seperti pertokoan dan mall.
Dalam penjelasannya, Hendry Sase mengemukakan kalau 3Second menggunakan strategi omnichannel marketing dan senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Omnichannel ini sederhananya bisa diartikan cara pemasaran lintas platform yang saling terintegrasi.
Dicontohkan Hendry, pengaplikasian dari strategi ini adalah sebagai berikut:
Pelanggan 3Second bisa memesan produk via online melalui aplikasi resmi yang mereka buat, tapi bisa mengambil barangnya di toko terdekat. Hal seperti ini bisa membuat pelanggan merasa dekat, mudah, dan tetap terkoneksi dengan produknya.
Saya sendiri hampir tidak pernah belanja pakaian online, karena kalau beli pakaian itu wajib dicoba. Apalagi cutting-an dan sizing (pedoman ukuran) tiap brand kan beda-beda ya. Nah, saya lebih senang datang dulu ke offline store untuk mencoba produknya. Lalu membelinya di online, karena biasanya ada promo diskon.
Dari 3Second kita belajar bahwa stategi pemasaran terbaik adalah bagaimana tools yang kita ciptakan memudahkan pelanggan untuk mendapat produk yang diinginkannya.
Dari kiri ke kanan berturut-turut: Hendry Sase, Anisaacaca, Zaky, dan MC |
JNE sebagai mitra pengiriman yang terpercaya
Selain persoalan ide, inovasi, strategi marketing, aspek lain yang nggak kalah penting dalam bisnis adalah pengiriman. Karena tanpa pengiriman, ya gimana produk mau sampai ke pembeli. Iya 'kan ya?
Lantas apa saja yang perlu dipertimbangkan oleh pelaku UMKM dalam memilih jasa pengiriman?
Sepengalamannya, setidaknya ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika memilih jasa pengiriman. Seperti kemudahan menemukan outlet, pilihan tarif, dan layanan yang disediakan.
Saya memilih JNE karena outlet-nya mudah ditemukan di mana-mana. Terus tersedia juga berbagai pilihan tarif sehingga konsumen kita pun akan dimudahkan untuk memilih tarif yang sesuai dengan keuangannya. Dan tentunya inovasi layanan yang diberikan oleh JNE.
Termasuk webinar ini adalah bentuk layanan yang diberikan JNE kepada pelaku UMKM agar terus bisa belajar ilmu baru dan berdaya saing.
Selain mendapat ilmu, seluruh peserta webinar juga mendapat keuntungan lain lewat "JNE Ngajak Ngirim". Sebuah program gratis ongkir (ongkos kirim) untuk layanan Reguler sebesar Rp. 100.000,- dari Bandung ke seluruh wilayah di Indonesia.
Oia bicara layanan, JNE punya layanan baru yakni aplikasi Roket. Menurut Luthfi Safitri Zein, Head of Roket Indonesia, aplikasi Roket ini semacam instant courier. Jadi bisa digunakan untuk pelaku UMKM yang memang membutuhkan jasa pengiriman di hari yang sama.
Umumnya, jenis layanan seperti ini banyak digunakan oleh pelaku UMKM yang bergerak di bidang makanan atau frozen food. Ditambahkan Luthfi, saat ini memang lebih dari 50% pengguna Roket adalah pebisnis frozen food.
Untuk persoalan garansi produk makanan yang dikirim, Luthfi menegaskan mitra tidak perlu khawatir. Karena setiap pengiriman melalui Roket sudah dilakukan dengan alat yang bisa menjaga makanan tetap dingin/hangat hingga ke tangan pembeli.
Walaupun belum launching secara resmi, Roket sudah tersedia di 50 kota di seluruh Indonesia.
Gimana-gimana, kamu punya pengalaman menarik dalam berbisnis, bagi di kolom
komentar yuk!