Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara
“Target kita itu inginnya masyarakat Indonesia bisa membuat domain dengan aksara Nusantara, tidak hanya dengan Latin saja”Saya mencoba konversi domain blog saya ‘www.rajalubis.com’ ke aksara Batak melalui fitur transkara di https://merajutindonesia.id/transkara. Hasilnya adalah ᯋ᯲ᯋ᯲ᯋ᯲.ᯒᯐᯞᯮᯅᯪᯘ᯲.ᯡ᯲oᯔ᯲. Apakah kamu melihat aksara Batak tersebut, atau justru kamu melihat kotak-kotak semata?
Jika kamu melihat aksara Batak tersebut seperti berbentuk kotak-kotak, salah satu penyebabnya adalah karena aksara tersebut belum tersedia di perangkat yang kamu gunakan untuk membaca tulisan ini.
Tapi sebelum ke sana, perlu diketahui juga kalau suatu aksara yang muncul di
perangkat digital, tidak ujug-ujug (baca: tiba-tiba). Alias diperlukan dulu
kegiatan digitalisasi aksara tersebut yang tentunya membutuhkan proses yang
panjang.
Mari kita simak bagaimana proses perjalanan
digitalisasi aksara tersebut!
Apa itu digitalisasi aksara Nusantara?
Beberapa contoh aksara Nusantara/instagram/@merajut_indonesia |
Sebelum kita membahas persoalan digitalisasi aksara, baiknya kita kenalan dulu dengan Merajut Indonesia.
Merajut Indonesia adalah sebuah program untuk mempertahankan nilai-nilai
budaya Indonesia di tengah gempuran arus globalisasi dan modernisasi.
Program ini diinisiasi oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia
(PANDI).
Nah, salah satu kegiatan Merajut Indonesia itu adalah
Digitalisasi Aksara Nusantara. Sebuah kegiatan yang titik fokusnya pada
salah satu budaya Indonesia yakni aksara Nusantara. Lebih spesifik lagi,
kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan aksara Nusantara
di perangkat digital.
Selanjutnya mari kita sebut kegiatan ini dengan istilah Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara
(atau disingkat MIMDAN).
Dalam bincang santai Instagram Live
@merajut_indonesia pada Kamis malam (30 Desember 2021), Ratih Ayu selaku
Divisi Pengembangan dan Usaha dan Kerjasama PANDI, mengatakan kalau program
MIMDAN sudah dimulai sejak akhir tahun 2020. Artinya sudah setahun proses
digitalisasi aksara Nusantara ini berjalan.
Perjalanan proses digitalisasi aksara Nusantara
Roadmap standardisasi aksara Nusantara di perangkat
digital/instagram/@merajut_indonesia |
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, bagaimana proses digitalisasi aksara
Nusantara ini, dan apakah saat ini sudah bisa digunakan secara umum?
Masih dalam bincang santai yang sama, hadir pula Ilham
Nurwansyah selaku Pegiat Aksara Nusantara sekaligus juga konseptor
MIMDAN.
Ilham menjelaskan kegiatan digitalisasi aksara Nusantara ini meliputi berbagai proses. Beberapa di antaranya adalah pengumpulan referensi aksara Nusantara, pembuatan font, standardisasi aksara, dan implementasi aksara dalam berbagai perangkat digital.
Untuk bisa diimplementasikan di berbagai perangkat digital, aksara Nusantara
harus terdaftar di dalam Unicode. Kita patut bersyukur karena setidaknya ada
enam aksara yang telah didigitalisasi dan terdaftar di dalam Unicode. Keenam
aksara itu adalah Jawa, Sunda Kuno, Bugis, Rejang, Batak, dan Pegon.
Tentunya untuk mewujudkan seluruh proses digitalisasi ini,
MIMDAN tidak bisa bergerak sendiri. Upaya ini pun mendapat dukungan dari
berbagai pihak termasuk pemerintah (kementerian terkait), pegiat aksara, dan
juga komunitas-komunitas aksara di daerah.
Sekadar informasi, Unicode adalah suatu standar teknis pengkodean
internasional mengenai teks dan simbol dari sistem tulisan di dunia untuk
ditampilkan pada perangkat digital.
Sebuah aksara jika ingin didaftarkan ke lembaga internet dunia,
Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN), wajib
terdaftar di Unicode terlebih dahulu
Tapi, teryata semua itu nggak mudah
Coba sebutkan yang ada di sekitarmu!/instagram/@merajut_indonesia |
Meskipun banyak pencapaian-pencapaian yang dilakukan MIMDAN selama setahun ini, tapi prosesnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Ratih Ayu kembali menjelaskan bahwasanya aksara Nusantara khususnya Jawa pernah didaftarkan ke ICANN untuk penggunaan domain. Namun ternyata ditolak.
Lebih lanjut Ilham menambahkan kalau aksara Jawa ini juga penggunaannya masih terbatas pada kegiatan akademik, penelitian, atau kegiatan yang berbasis edukasi dan budaya.
Ilham membandingkannya dengan negara India yang memiliki banyak bahasa
daerah dan aksaranya sendiri. Dan aksara tersebut sudah digunakan secara
umum oleh masyarakatnya terutama di tempat umum.
Bicara
penggunaan aksara ini, ada sesuatu yang sedikit mengganjal di hati saya.
Sebentar saya kilas balik dulu ke masa kuliah. Saya mendapat kesempatan
untuk mengambil program double degree antara dua jurusan: Bahasa
Inggris atau Bahasa Jepang. Saat itu, saya memilih Bahasa Inggris karena
saya malas belajar aksara Jepang.
Soalnya aksara ini bukan sekadar konversi aksara Latin ke aksara yang kita
pelajari. Ada tantangan lain ketika kita ingin menggunakan aksara yakni
belajar bahasanya itu sendiri.
Pertanyaannya, bagaimana mengubah
dan membiasakan masyarakat untuk belajar bahasa dan aksara lokalnya?
Berbicara bahasa, di lingkungan saya sendiri di Bandung, sudah
sangat jarang terdengar masyarakat bertutur bahasa Sunda di tempat umum.
Namun pengalaman berbeda saya rasakan ketika saya beberapa bulan kerja di
Solo dan Surabaya. Di kedua kota ini, masyarakat masih bertutur dengan
bahasa lokal yang membuat saya mau tidak mau harus belajar adaptasi dengan
keadaan di sana.
Pun juga di kampung halaman ayah saya di Mandailing Natal. Semua masyarakatnya berbahasa Batak.
Menurut saya kebiasaan warga lokal yang bertutur dengan bahasa lokalnya
adalah modal kuat untuk mereka melanjutkan kebiasaannya ke penggunaan
aksara. Namun, bagi masyarakat yang sudah jarang bertutur dengan bahasa
lokal, nampaknya perlu upaya pendekatan terlebih dahulu mengenai penggunaan
bahasa lokal sebelum ke penggunaan aksara.
Bantu MIMDAN dengan mulai menggunakan aksara Nusantara di perangkat digital
Kalau kamu memerhatikan pembuka tulisan ini, kalimat tersebut adalah tujuan global MIMDAN yang ditekankan oleh Ratih Ayu di akhir acara Instagram live.1. Masuk ke bagian Settings
2. Pilih General Management/System - Languages & Input
3. Pilih Keyboard/Virtual Keyboard
4. Pilih Gboard – Languages
Langkah akses aksara Nusantara di android (1)/Raja Lubis |
5. Umumnya sudah terdapat dua jenis keyboard languages yakni English (QWERTY) dan Indonesian (QWERTY)
6. Pilih Add Keyboard di bagian bawah
7. Ketik di kolom pencairan, misal ‘Sunda’.
8. Pilih yang Sundanese (Aksara Sunda), lalu klik Done.
Langkah akses aksara Nusantara di android (2)/Raja Lubis |
Note!
Tahapan akses aksara Nusantara pada masing-masing
smartphone android bisa saja berbeda-beda.
Sampai di tahap ini, kita sudah bisa menggunakan aksara Sunda untuk berbagai
keperluan semisal mengirim pesan atau pasang status media sosial. Yang perlu
dilakukan hanyalah melakukan switch/change keyboard di aplikasi yang
akan kita gunakan.
Sebagai contoh kita ingin mengirim pesan
melalui WhatsApp. Maka buka aplikasi WhatsApp, lalu perhatikan tanda seperti
🌐(globe) di bagian bawah, dan tahan hingga muncul pilihan
keyboard. Lalu pilih Sundanese (Aksara Sunda), sehingga
keyboard-nya berubah seperti ini.
Dan aksara Sunda siap digunakan!/Raja Lubis |
Terakhir, saya turut serta mendoakan agar MIMDAN sukses dan lancar hingga
tercapai target globalnya yakni bisa membuat domain dengan aksara
sendiri.
Karena bagaimanapun juga kita harus bangga dengan kekayaan bangsa sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Referensi:
https://merajutindonesia.id/artikel
https://www.instagram.com/p/CYG-RX8pHKf/