Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels
|
Setiap orang pastinya mendambakan kematangan finansial. Tapi apakah arti kematangan finansial itu? Bagi saya sendiri kematangan finansial artinya bisa beli tiket nonton, bisa beli mobil, bisa beli rumah, bisa pergi haji ke tanah suci dan juga bisa untuk jadi calon wakil presiden, upz. Xixixi, itu mah semua juga pasti pengen.
Tapi gimana dong, biaya sehari-hari aja sulit, gaji nggak seberapa. Ya begitulah hidup. Kita berada di antara angan dan realita. Mimpi dan fakta harus seimbang. Sedikit saja kita condong pada salah satu diantara keduanya, hidup ini tak akan berjalan kemana-mana. Banyak mimpi lupa menjalani hidup, tak punya mimpi sibuk tanpa arah.
Kondisi saya hidup di Bandung dan kost. Anggaplah penghasilan per bulannya 3 juta rupiah. Angka ini saya ambil rata-rata saja, tentunya ada yang lebih dari angka tersebut ada juga yang dibawahnya, tergantung pekerjaan yang dilakukan. Angka ini juga diambil dari keputusan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, Nomor: 561/Kep.1065-Yangbangsos/2017 yang menyatakan UMK (Upah Minimum Kerja) Kota Bandung adalah Rp 3.091.345,56.
Pertama kali yang harus dilakukan setelah menerima penghasilan adalah menabung. Kok? Bagi saya menabung adalah menyisihkan bukan menyisakan. Sisihkan sekitar 20 - 30 % untuk menabung. Artinya sekitar 600 - 900 ribu/bulan. Namun sebelum ke tahap ini, ada baiknya kita mengelola pos pengeluaran lainnya sebelum bisa "memaksa" untuk menabung secara kontinyu.
Setidaknya terdapat 3 jenis pengeluaran yang biasa ada dalam kehidupan sehari-hari. Fixed Cost (biaya tetap) adalah biaya yang dikeluarkan per bulan dengan besaran yang tetap, contohnya biaya kost. Variable Cost adalah biaya yang masih harus dikeluarkan per bulan namun besarannya bisa kita sesuaikan, contohnya biaya makan dan transportasi. Yang ketiga di luar biaya keduanya yakni biaya yang tidak harus dikeluarkan per bulan.
Setidaknya ada 2 hal yang saya perhatikan dalam memilih kost yakni lokasi dan harga. Sebisa mungkin cari lokasi yang dekat dengan tempat kerja atau seringnya kita beraktivitas (hal ini ada nanti berkolerasi dengan biaya transportasi).
Kedua masalah harga, saya anggarkan maksimal 600 ribu untuk biaya kost. Agak susah memang mencari kost-an di daerah kota Bandung yang masuk mobil dengan harga segitu. Tapi alhamdulillah di daerah Cijagra berhasil mendapat kost dengan harga 600 ribu dan sekarang sudah berjalan 1 tahun.
Bagi yang memiliki kendaraan tentu yang diperhitungkan adalah bensinnya. Namun bagi yang mengandalkan transportasi umum sehari-harinya ada baiknya memperhatikan lokasi kost untuk menghemat biaya transportasi.
Jarak lokasi kerja dengan kost maksimal 2 kilometer. Anggaplah kerja selama 5 hari dengan naik transportasi online. Tarifnya saat ini 2 ribu/km maka setiap hari PP (pulang pergi) menghabiskan uang 8 ribu. Seminggu kerja 40 ribu dan sebulan 160 ribu.
Di sela-sela pekerjaan ada hari weekend yang memungkinkan kita bepergian lebih jauh dari lokasi kerja. Anggaplah kita pergi main dengan jarak 5 km maka sehari kita menghabiskan 20 ribu dan sebulan 160 ribu karena ada 8 hari. Total sebulan kita menghabiskan sekitar 320 ribu untuk transportasi.
Biaya transportasi tentu bisa dihemat apabila kita menggunakan kendaraan pribadi. Anggaplah biaya bensin dan pemeliharaannya sekitar 200 ribu untuk motor, tapi untuk mobil malah bisa jauh lebih dari angka 320 ribu. Selain cara itu, dengan sering banyak update promo-promo transportasi online, biaya transportasi juga bisa dihemat.
Umumnya kita makan sehari 3 kali. Yakni sarapan, makan siang dan makan malam. Saya sendiri tidak terlalu rutin hingga 3 kali seringnya 2 kali atau bahkan hanya satu kali. Namun kita bahas secara umum.
Di daerah Cijagra, untuk sarapan nasi uduk / nasi kuning seharga 11 ribu tanpa telur. Cukup mahal bukan? Secara di rumah di Sukabumi aja masih bisa beli nasi kuning 6 ribu sudah dengan telur. Makan siang bisa di warteg. Dengan uang 10 ribu saja, sudah dapat ikan tongkol dan tempe.
Makan malam boleh buah-buahan tapi sebagai anak kost yang paling tersedia banyak adalah pecel lele, pecel ayam, nasi goreng dan kwetiaw. Di deket kost saya, kwetiaw harganya 12 ribu, nasi goreng 14 ribu, pece lele 16 ribu dan pecel ayam 18 ribu. Karena sering berganti-ganti menu maka saya ambil yang tengahnya saja yakni 15 ribu.
Total sehari 36 ribu. Makan sebulan Rp 1.080.000,-
Kost, transportasi dan makan adalah biaya yang wajib dikeluarkan. Dari perhitungan di atas biaya untuk ketiganya sudah mencapai 2 juta rupiah atau sekitar 66% dari penghasilan kita. Sisa tinggal 1 juta lagi.
Jika kita sudah komitmen 600 ribu harus ditabung, maka kemana larinya 400 ribu itu? Sisa ini bisa kita gunakan untuk membeli keperluan bulanan seperti alat mandi dan juga untuk hobby. Kalau masih ada sisa, penting untuk sisihkan sebagai dana darurat atau dana rekreasi.
Lalu bagaimana menabung yang baik ala Raja Lubis?
Waktu kecil saya pernah nabung di celengan yang terbuat dari bambu. Tapi alhasil seringkali hilang. Mayoritas percaya itu diambil tuyul. Semenjak kenal dengan bank, maka saya mulai menabung di bank. Caranya?
- Tabungan BerjangkaHampir semua bank memilik produk tabungan berjangka. Suatu jenis tabungan yang kita setor dengan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Kalau kita sudah komitmen dengan angka 600 ribu untuk ditabung, maka kita bisa pilih tabungan berjangka dengan sistem autodebet pada tanggal yang dekat setelah tanggal gajian.Hal ini akan memaksa kita untuk membiasakan diri menabung. Tabungan berjangka bisa dicairkan sesuai kesepakatan di awal. Maka pilihlah waktu yang sekiranya normal tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar. Saya biasanya pilih waktu 3 tahun sesuai dengan peruntukkannya.
- TabunganKuSejauh yang saya tahu, TabunganKu adalah produk Bank Indonesia yang ada di semua bank. Produk ini tujuannya memang untuk membiasakan masyarakat menabung. Bisa diambil sewaktu-waktu memang dan biaya administrasinya cukup rendah. Produk ini bisa dipilih bagi mereka yang belum bisa menyimpan dana darurat, sehingga jika ada keperluan mendadak bisa ambil dana dari tabungan ini.
Agar tabungan lebih terjaga dan terorganisir dengan baik, sebaiknya kita memiliki dua rekening yakni rekening transaksional dan rekening tabungan.
Dalam mengelola keuangan maka kita juga harus memahami pengelolaan risiko. Salah besar jika risiko itu harus dihindari, memang ada risiko yang harus dihindari, namun lebih tepatnya risiko harus dikelola. Kita sama-sama bahas risiko apa yang terjadi jika kita simpan uang di bawah bantal?
Dimakan rayap!
Dicuri tuyul!
Kebakaran!
Menabung uang di bank pada prinsipnya adalah memindahkan risiko - risiko tersebut pada bank. Lha kalau gitu, berarti risiko tersebut masih bisa terjadi dong di bank juga? Ya memang betul, bank bisa aja kemalingan, kebakaran dan lain-lain yang menyebabkan hilangnya uang nasabah.
Tapi tenang, bank memiliki fungsi Manajemen Risiko yang dikelola dengan baik. Kalaupun terjadi hal tersebut uang kita tetap aman, karena uang tabungan yang kita simpan itu dijamin oleh lembaga yang berwenang.