Beberapa hari terakhir masyarakat Indonesia dibuat heboh dengan berita yang tersebar luas di media terutama media online terkait potret olahraga kita. Dikabarkan, bahwa atlet binaraga kebanggaan Indonesia berhasil menjuarai kompetisi dunia 7th WBPF World Bodybuilding and Physique Sports Championship namun kabar baik ini dibumbui berita tak sedap seperti keberangkatan yang tidak didukung pemerintah. Lalu sebenarnya apa yang terjadi di balik prestasi membanggakan ini?
Persiapan Pas-pasan, Binaragawan Indonesia Rebut Juara Dunia
Dipandang Sebelah Mata, Binaragawan Indonesia Maksimalkan Prestasi di Bangkok
Berkesempatan bertemu langsung atlet binaraga di Jakarta, tidak membuat saya berpikir panjang meski seperti biasa saya harus bulak-balik Bandung-Jakarta. Berangkat dari Bandung pukul 05.00 WIB seperti biasa menggunakan travel. Ini memang bukan pertama kalinya saya ke Jakarta, saya paling hobby jika harus bolak-balik Jakarta.
Kenapa demikian? Jakarta bagi saya menyimpan sebuah potret kejujuran manusia dengan segala pesona dan carut-marutnya. Hm, karena masih mengantuk, saya pun lebih banyak tertidur selama perjalanan, jadi tidak bisa terlalu banyak bercerita.
Lagu dangdut Sambalado, akhirnya menyadarkan saya kalau saya sudah tiba di Jakarta tepatnya di FX Plaza Sudirman. Lalu menatap layar handphone, dan waktu baru saja menunjukkan pukul 08.23 WIS (Waktu Indonesia bagian Sudirman). Yach, kepagian dech, padahal undangan dimulai pukul setengah sebelas, artinya masih ada 2 jam lagi. Berjalan-jalan ke arah GBK berharap menemukan warung-warung kecil untuk sarapan pagi, namun nyatanya tidak ditemukan.
Sudirman memang lebih dikenal dengan kawasan gedung-gedung bertingkat, tempat orang-orang megumpulkan lembaran rupiah, beradu peruntungan hidup. Akhrnya saya putuskan masuk ke Plaza tersebut melalui main entrance. Yupz, ternyata lokasi acaranya sangat mudah ditemukan. Sate Khas Senayan, sangat tidak jauh dari pintu masuk. Jalan-jalan lah saya di FX Sudirman, hingga akhirnya memutuskan untuk istirahat di Wendys sambil menunggu hingga pukul setengah sebelas.
Tak terasa waktu pun berlalu. Saya pun bertemu dengan kawan-kawan blogger yang memang baru pertama kali berjumpa. Yupz, acara ini memang undangan dari grup KOBEL (Komunitas Blogger Laki). Wah ada juga yach? Ya, ternyata banyak anggota KOBEL dari segala jenis kelamin, upz, maksudnya dari segala usia. Nggobrol kesana kemari, meski saya lebih banyak pasif dan mendengarkan.
Jam makan siang pun tiba, dan perutpun sudah memanggil untuk diisi. Hahahhha, dasar rakus, padahal pagi sebelum berangkat udah sarapan nasi kuning, lalu di Wendys juga pesan paket combo. Yach namanya juga rejeki, jadi ya disantap saja. Setelah bolak-balik menu, pilihan saya jatuh pada Sate Ayam Campur Bumbu Blora dan Juice Stroberi. Alhamdulilah, setelah kebutuhan perut terpenuhi, giliran masuk ke inti acara.
Santap siang di Resto Sate Khas Senayan FX Sudirman |
KEJUARAAN & PRESTASI
Indonesia dalam ajang ini mengirimkan 12 atlet dan 2 official. Dari 12 atlet tersebut 11 atlet berhasil masuk semifinalist 15 besar dari berbagai macam nomor pertandingan. Berikut saya rangkum kejuaraan dan prestasi Indonesia di kejuaraaan WBPF yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada tanggal 27-29 November 2015.
Category | Competitors | Place |
Men’s Bodybuilding 60 kg | Jefry Johanis Wuaten | 3rd |
Men’s Master Bodybuilding 40-49 years | Hendra Oktafia Fanggi Sain | 7th |
Men’s Master Bodybuilding 40-49 years | Jefry Johanis Wuaten | 12th |
Men’s Master Bodybuilding 50-59 years | Syafrizaldi | 1st |
Men’s Bodybuilding 75 kg | Syafrizaldi | 3rd |
Men’s Bodybuilding 80 kg | Mheni | 8th |
Women’s Model Physique up to 170 cm | Eva Irawan | 7th |
Men’s Athletic Physique up to 170 cm | Dedy Syahputra | 7th |
Men’s Athletic Physique up to 180 cm | Nasrat | 10th |
Men’s Bodybuilding 85 kg | Hendra Oktafia Fanggi Sain | 11th |
Men’s Bodybuilding 90 kg | Tjhie Rachmad Wijaya | 10th |
Lalu apakah prestasi tersebut sejalan dengan apresiasinya? Selain Kemalsyah Nasution, 3 atlet yang hadir yakni Syafrizaldi, Hendra Oktafia Fanggi Sain dan Dedy Syahputra turut “curhat” kepada blogger.
1. Seluruh biaya perjalanan ini tidak dibiayai oleh PB PABBSI, semua dilakukan pada awalnya secara patungan sukarela.
2. Dilakukanlah konferensi pers, hingga akhirnya didengar oleh Kemenpora
3. Tindaklanjut dari Kemenpora adalah memanggil Tim untuk segera mengajukan proposal dan pada akhirnya Kemenpora membantu dalam hal dana keberangkatan.
4. Kemalsyah mengaku, hal ini menjadi titik terang dan pencerahan dalam arti selama organisasi yang bersangkutan mau memperjuangkan kesejahteraan para atlet, pemerintah pasti membantu.
5. Kemalsyah juga memandang bahwa PABSSI ini tidak ingin dihuni oleh orang-orang baru yang memiliki pemikiran-pemikiran yang sama dengannya.
6. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, Kemalsyah terpikir untuk membuat federasi baru untuk binaraga.
7. Sebagai mantan atlet dan juga pengurus, Kemalsyah hanya berpikir sederhana saja yakni bagaimana kesejahteraan dan prestasi altlet meningkat ke depannya
8. Salah satu caranya adalah dengan tidak mempolitisasi jabatan publik seperti Kemenpora sebaiknya tidak diisi oleh partai politik melainkan oleh profesional di bidangnya.
9. Diharapkan pula pemerintah lebih memberikan fokus pada olahraga
10. Kilas balik ke era Pemerintahan Soekarno yang sukses membangun Gelora Bung Karno, Kemalsyah memberikan usulan “kenapa tidak GBK di copy paste ke setiap provinsi agar perkembangan atlet merata di setiap daerah”.
11. Kenapa demikian? Karena dengan fasilitas yang minim dan tidak merata di setiap daerah maka yang terjadi adalah jual beli atlet.
12. Selain itu, tidak ada juga euphoria penyambutan, bahkan ketika pulang dan turun di bandara pun paling hanya keluarga dan kerabat saja yang menyembut.
Miris memang. Lantas sepenting apakah apresiasi? Berkaca pada teori Maslow bahwa kebutuhan akan apresiasi adalah kebutuhan manusia yang berada di tingkatan yang tinggi. Pada dasarnya manusia memang butuh apresiasi apalagi dengan karya yang baik dan membanggakan. Dari bincang santai ini saya menangkap spirit yang tinggi dari para atlet dan juga Kemalsyah Nasution untuk tetap memperjuangkan kesejahteraan para atlet agar lebih diapresiasi pemerintah seiring dengan komitmen peningkatan prestasinya.
Berfoto bersama seusai acara Jumpa Blogger |
Pada akhirnya, saya pun cuman terdiam, saya hanya bisa mengamini dalam hati apa-apa yang menjadi harapan para atlet tersebut dapat menjadi kenyataan dan semakin membanggakan Indonesia. Saya pun pergi meninggalkan Sate Khas Senayan ditemani lagunya Kerispatih, Tertatih. Ya, tertatih seperti perasaan saya setelah perbincangan hangat ini. #BinaragadanFisikRI“Atlet seharusnya tidak berpikir cari uang, ia hanya dipersiapakn untuk latihan dan tanding. Keluarga, sekolah anak sudah menjadi tanggung jawab pemerintah” – Kemalsyah Nasution
“Mungkin pemerintah belum (bukan tidak) mensupport kami, namun kami tetap berharap agar kami diapresiasi” – Hendra Sain
Seluruh foto adalah dokumentasi pribadi.